PERALATAN KANTOR YANG ERGONOMI
Peralatan kantor yang ergonomic haruslah didapati didalam sebuah perusahaan besar maupun kecil. Karna apabila peralatan kantor tersebut tidak ergonomic maka tidak jarang adanya pegawai yang merasa tidak nyaman dengan lingkunga kerjanya sehingga ia akan dengan sangat mudah merasa bosan dan aktivitasnya pun menjadi terhambat.
Ergonomic dalam kamus oxford didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari efisiensi seseorang pada lingkungan kerjanya. Ergonomic membantu memastikan apakah tugas, peralatan, maupun lingkungan kantor digunakan secara optimal dalam menyelesaikan tugas. Dengan kata lain, lingkungan kantor kantor harus sesuai dengan kebutuhan pegawai yang bersangkutan (Read 2001). Odger (2005) mendefinisikannya sebagai ilmu terapan yang digunakan untuk mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan tingkat kenyamanan, efisiensi, dan keamanan dalam mendesai tempat kerja yang memuaskan kebutuhan fisik dan psikologis pegawai kantor. Sedangkan menurut Quible (2001) dengan mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu psikologi, fisiologi, sosiologi, maupun teori komunikasi, ergonomic menyediakan panduan yang berguna untuk mendesain ruang kantor yang efektif.
Office ergonomic
Ergonomic menerangkan hubungan pegawai dengan physiological dan psychological dilingkungan kerj mereka (Kallaus & kelling, 1995;Quible:1996). Ergonomic dapat juga dikatakan sebagai usaha mengitegrasikan penggunaan ruan, perabot kantor, peralatan, mesin-mesin kantor dan faktor lain yan dapat mempengaruhi psychological seseorang seperti: warna, cahaya, suara, udara (temperature) dan budaya.
Dalam arti lain ergonomic merupakan kegiatan yang dilakukan untuk menciptakan kenyamanan dan keamanan (tidak membahayakan) bagi orang yang bekerja dikantor tersebut. Kenyamanan dapat dilihat dari penataan ruang, udara, warna, suara, budaya dan lainnya. Tanda-tanda pegawai nyaman adalah menimbulkan kebetahan pegawai untuk bekerja didalam ruang/area kerjanya. Sedangkan keaman adalah penggunaan peralatan dan mesin-mesin tidak membahayakan penggunanya, baik jangka pendek maupun jangka panjang (menimbulkan cacat fisik: luka, buta, sengatan listrik,…) maupun tekanan mental sebagai akibat budaya kerja yang dikembangkan oleh pimpinan tidak sesuai dengan kondisi mayoritas pegawainya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar